wong pekalongan

Jumat, 03 November 2017

Filsafat praktis

Filsafat


Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani;  philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.

Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.

Ketakjuban
Takjub adalah salah satu sifat dasar manusia, banyak filsuf mengatakan bahwa thaumasis (kekaguman, keheranan, atau ketakjuban) yang menjadi awal kelahiran filsafat. Pada mulanya manusia takjub memandangi benda-benda aneh disekitarnya, lama-kelamaan ketakjubannya semakin terarah pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang-bintang, dan asal-muasal alam semesta (Renford,1963).

Keraguan
Manusia selaku penanya mempertanyakan sesuatu dengan maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang dipertanyakan itu. Tentu saja hal itu berarti bahwa apa yang dipertanyakan itu tidak jelas atau belum terang. Karena sesuatu itu tidak jelas atau belum terang manusia perlu dan harus bertanya. Petanyaan yang diajukan untuk memperoleh kejelasan dan yang pasti pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan tentang adanya aporia (keraguan atau ketidak pastian) di pihak manusia yang bertanya.

Rasa Ingin tahu
Seorang filsuf yunani yang hidup lebih dari dua ratus tahun yang lalu percaya bahwa asal-mula filsafat adalah rasi ingin tau manusia. Menusia menganggap betapa menakjubkan hidup sehingga peranyaan filsafati (filosofis) muncul dengan sendirinya. Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan, begitu juga ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan tak kunjung habis. Pertanyaan membuat kehidupan serta pengetahuan manusia berkembang dan maju. Pertanyaanlah membuat manusia melakukan pengamatan, penelitian, dan penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan baru yang semakin memperkaya manusia. Bahkan menurut Satre “kesadaran pada manusia bersifat bertanya yang sungguh-sungguh bertanya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar