MAKALAH
PENGARUH TAUHID OLEH PEMIKIRAN FILSAFAT
Dibuat untuk memenuhi tugas dari mapel ilmu tauhid
Dosen pengampu : Qowwim musthofa M,Ag
Disusun oleh :
M. Fahad khaidar : 17.21.1390
FAKULTAS USHULUDDIN PRODI ILMU HADIST
INSTITUT ILMU ALQUR’AN (IIQ)
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Ilmu kalam atau ilmu tauhid merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Jika pembicaraan ilmu kalam hanya berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus di pegang oleh umat islam, tanpa argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu ‘aqa’id. Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq ( rasa rohaniah).
Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat teologis. Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal dan lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya. Filsafat merupakan hasil karya berfikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan universal. Dengan berfilsafat kita bisa menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam kenyataan dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan yang satu dengan yang lain sehingga diperoleh pemikiran baru dan pendalaman terhadap agama.
Pada dasar nya ilmu tauhid ialah ilmu yang berlandaskan dalil-dalil normatif yang bersifat mengikat dan terbatas. Sedangkan filsafat adalah ilmu yang berdasarkan teori pemahaman yang digali dari akal dan tidak terbatas. Ketika kata filsafat disandarkan kata tauhid maka memberi pengertian bahwa penalaran tentang ketuhanan bisa digali dari pemikiran yang mendalam. Karena filsafat dilandasi oleh pemikiran akal, tentu yang dihasilkan akan berbeda antara manusia satu dengan yang lain nya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan manusia dari segi keilmuan, penghayatan, serta lingkungan dan cita-cita manusia itu sendiri. Sehingga kebenaran tauhid seringkali menjadi paradigma manusia dalam menentukan bagaimana manusia itu bertauhid.
2.Rumusan masalah
a.Apakah pengertian tauhid ?
b.Apakah pengertian filsafat ?
c.Bagaimana pengaruh filsafat terhadap tauhid ?
3.Tujuan
Penalaran tentang tauhid dan filsafat sering kali menjadi polemik ditengah umat islam. Semoga makalah ini memberi manfaat untuk lebih memahami pengaruh tauhid oleh pemikiran filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian tauhid
Pada dasarnya tonggak dasar Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam sudah berkembang dari semenjak masa sahabat Rasulullah. Bahkan perkembangan Ilmu Tauhid ini merupakan konsentrasi dakwah seluruh sahabat Rasulullah. Karenanya perkembangan Ilmu Tauhid di masa sahabat Nabi justru lebih mapan dan lebih pesat di banding dengan periode-periode sesudahnya.[ Abu Fateh, Penjelasan Lengkap Allah ada Tanpa Tempat Dan Tanpa arah dari kitab Ghâyah al-Bayân Fî Tanzîh Allâh ‘An al-Jihah Wa al-Makân, hlm.10]Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab yaitu wahhada, yuwahhidu. Secara etimologis tauhid berarti keesaan. Maksudnya yaitu atikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, Satu. Ilmu tauhid juga sering disebut sebagai ilmu kalam karena dalam memberikan dalil tentang pkok (usul) agama cenderung kepada logika (mantiq), seperti yang biasa dilakukan oleh para pemikir dalam hal menjelaskan seluk beluk hujjah tentang pendiriannya.
Tauhid dibagi menjadi tiga :
a.Tauhid rububiyah
Tauhid rububiyah adalah pembahasan tauhid yang berkaitan dengan perbuatan Allah, seperti menciptakan, mengatur, memberi rezeki atau mematikan.[ H. Mahrus Ali, Mantan kyai NU menggugat tahlilan istighosah dan ziarah para wali (Laa tasyuki, Surabaya, 2007) hlm.8] Allah berfirman :
قُلِ اللهُ خالقُ كُلِّ شىءٍ وهو الواحد القهّار (Qs. Ar-ra’d :13:16)
artinya : “Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esalagi Maha Perkasa.”
b.Tauhid uluhiyah
Tauhid Uluhiyyah dapat dimaknai dengan keesaan Allah swt. dalam ibadah, yakni segenap ciptaan-Nya hanya beribadahkepada-Nya dengan tidak menduakan,atau menganggap ciptaan-Nya setara ataubagian dari ketuhanan, sebagaimana keyakinan dalam trinitas dan sebagainya. Kita hanya menyembah kepada-Nya.Segenap hidup mati, jiwa raga dan ibadah kita hanya ditujukan atau diabdikan kepada Allah swt. Kita tidak memintapertolongan, perubahan nasib, kekayaan, keselamatan, kesejahteraan, kepada selainAllah. Karena keyakinan kita bahwa segalasesuatu diciptakan, dikuasai dan ada padagenggaman Allah swt., sehingga kitahanya beribadah dan memintapertolongan kepada-Nya semata.[ Daniel Rusyad Hamdanny, Buku Kecil Tauhid,pdf (https://www.scribd.com/document/338158490/Buku-Kecil-Tauhid-pdf. 24/10/2017) hlm.07 ] Alloh berfirman dalam QSAl-Fatihah (01:05) :
ايّاك نعبد وايّاك نستعين
artinya : “hanya kepada Engkau kami menyembah,dan hanya pada Engkau kami mohon pertolongan”
c.Tauhid Al-asma was shifat
Yaitu keesaan Allah swt. atas segala nama yang Dia nisbatkan pada diri-Nya, dan atas segala sifat yang Dia sifatkan pada diri Nya di dalam Al Qur’an dan pada sunah nabi-Nya. Sehingga kita mengimani segala nama dan sifat tersebut dengan menetapkan apa yang ditetapkan Nya dan mengingkari apa yang diingkari Nya,tanpa mengubah, tanpa mengurangi, tanpa bertanya bagaimana dan tanpa memberi analogi atau perumpamaan.[ Ibid.9] Pemahaman tidak sejalan dengan filsafat yang selalu menggali penalaran dengan akal sampai hal yang paling mendasar. Hal yang sangat penting dalam mengimani asma dan sifat-sifat Allah swt. Adalah sebagaimana firman Allah swt. pada QS AsSyura (42:11) :
لَيسَ كمثله شىء وهو السميع البصير
artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
B.Pengertian filsafat
Filsafat berasal dari kata yunani, yaitu philoshopia, kata berangkai dari kata philein yang berarti mencintai, dan shopia berarti kebijaksanaan. Philoshopia berarti cinta akan kebijaksaan (English: love wisdom, Belanda wijsbegeerte, Arab : muhibbu al hikmah). Orang yang berfilsafat atau melakukan filsafat disebut “filsuf atau filosof”, artinya cinta kebijaksanaan.[ Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Gaya Media Pratama, Jakarta:2013) hlm.1]Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Hal ini disebabkan batasan dari filsafat itu sendiri banyak maka diperkenalkan beberapa batasan sebagai berikut :
1)Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu mutlak ditangan Tuhan.
2)Aristoteles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang didalam nya terkandung ilmu ilmu metafisika, logika, retorika, etika dan estetika.[ Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (PT penerbit IPB press, Bogor: 2015) hlm.17]
3)Immanuel khan, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir eropa mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencangkup didalam nya empat persoalan :
a)Apa yang kita ketahui dijawab oleh metafisika.
b)Apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika.
c)Apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropology.
d)Sampai dimana harapan kita, dijawab oleh agama.[ Ibid.18]
C.Pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu tauhid
Filsafat dulunya merupakan gagasan manusia tentang alam. Yakni penalaran manusia tentang apa saja yang ada disekitar nya. Termasuk perihal muncul nya alam raya ini. Walaupun filsafat adalah ilmu yang berasal dari rasio (akal) tetapi pengambilan keputusan dari gagasan nya haruslah bersifat ilmiyah dan mendasar, dan bisa dipertanggung jawabkan. Ketika suatu hal yang sudah diyakini tidak bisa sesuai dengan teori filsafat maka seorang filosof kebanyakan memilih melepaskan diri dari keyakinan nya sendiri. Seperti argument filsafat yunani yang mengatakan bahwa “Tidak mungkin ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan”.[ Jostein Gaarder, Dunia Shopie (Mizan, Bandung:2014)hlm.65]jadi, segala sesuatu yang muncul itu sudah pasti ada yang memunculkan. Melalui teori seperti ini bisa difahami bahwa ketika makhuq muncul itu karena adanya kehendak dari sang kholiq. Sedangkan waktu itu orang yunani (570 SM) beragama kristen dan sebagian masih mempercayai animisme, dan dinamisme. Di yunani waktu itu banyak muncul pendapat para filosof yang seolah menggambarkan ilmu tauhid. Seperti anggapan bahwa, “pasti ada sesuatu yang dari nya segala sesuatu berasal dan kepadanya segala sesuatu akan kembali”.[ Ibid.69]
Terlepas dari filsafat yunani, islam datang ditengah-tengah masyarakat arab sebagai agama tauhid. Yakni meng-esa-kan Tuhan sebagaimana yang termaktub dalam alqur’an. Ajaran tauhid yang dibawa rosululloh SAW menjelaskan bagaimana manusia mengenal tuhan nya. Di era rasulullah muhammad SAW, para sejarawan sepakat tidak ada permasalahan yang serius dalam hal tauhid. Ini disebabkan ketika muncul permasalahan ditengah umat islam, masalah itu akan ditanyakan kepada nabi SAW. Begitu juga ketika muncul perselisihan maka nabi SAW sendiri yang menjadi penengah serta menyelesaikan masalah tersebut.
Setelah rasulullah saw wafat, kepemimpinan umat islam digantikan khulafa’ur rasyidin. Yakni abu bakar, umar bin khattab, utsman bin affan dan ali bin abi tholib. Pada masa pemerintahan khalifah abu bakar (11-13 H/632-634 M) sampai amirul mukminin umar bin khatab (634 - 644 M/13-23H ) umat islam masih fokus menghadapi tantangan untuk memberantas nabi palsu. Ketika khalifah utsman bin affan berkuasa yakni mulai tahun 23 - 35 H / 644 - 656 M, umat islam fokus untuk penulisan alqur’an yang sebelumnya adalah ide dari amirul mukminin umar bin khattab namun baru terealisasikan pada masa khalifah utsman. Namun di akhir kepempimpinan nya timbul polemik yang sampai menimbulkan terbunuh nya sang khalifah. Selanjutnya tongkat kepempimpinan digantikan khalifah ali bin abi tholib. Di era khalfah ali, mulai terlihat ada nya kelompok politik yang memanfaat kan agama untuk kepentingan mereka. Hingga pada peristiwa tahkim daumatul jandal yang mengakibatkan pecah nya umat islam menjadi tiga kelompok politik, yaitu syi’ah yang mendukung sayyidina ali, khawarij yang memutuskan keluar dari barisan sayyidina ali dan kelompok muawiyah yang berseteru dengan sayyidina ali. Setelah itu muawiyah berkuasa dan mengganti sistem pemerintahan yang tadinya demokratis menjadi monarki. Lalu jadi lah dinasty umayah dibawah kekuasaan muawiyah.
Setelah berdiri nya dinasty umayah, ekspansi dakwah islam semakin meluas sampai ke eropa. Dari sinilah umat islam bertemu dengan ilmu filsafat yang merupakan ilmu orang barat. Banyak dari kalangan orang islam akhirnya mempelajari filsafat yunani bahkan mengembangkan nya menjadi disiplin ilmu yang bercorak islam.
D.Awal mula pengaruh filsafat terhadap tauhid
Permulaan penggunaan istilah ilmu kalamdan takallum dalam sejarah islam dikaitkan dengan syahrastani sebagaimana yang dilakukan abu hasan al asy’ari sebelum nya dengan buku yang berjudul dluhur alkhilaf.[ Ibnu Rusyd, Penerjemah aksin wijaya, Kritik Nalar Agama (Lentera Kreasindo, Yogyakarta : 2014) hlm.13]Pada zaman Bani Abbas ( 750-1258 M ) Filsafat Yunani dan Sains banyak dipelajari Umat Islam. Masalah Tauhid mendapat tantangan cukup berat. Kaum Muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut. Sehingga Antara Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat hubungan erat. Sebab Ilmu Tauhid bercorak filsafat baik dari segi pikiran maupun metoda. Sehingga para ahli lebih condong mengatakan Ilmu Tauhid (theology Islam) termasuk aliran Filsafat.
Tokoh tokoh filsafat islam
1)Ar-razi
Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria bin Yahya al-Razi terkenal dengan nama al-Razi atau Rhazes, dilahirkan di kota Rayy dekat Taheran (Iran) pada tanggal 1 sya’ban 251 H/865 M, pada zaman kejayaaan Abbasiyah. Pendidikannya dimulai dengan mempelajari ilmu falaq, mantiq, sastra Arab, kemudian ia menekuni ilmu filsafat dan kedokteran sehingga ia menjadi terkenal. Sebenarnya ayahnya berharap agar al-Razi mengikuti frofesinya sebagai pedagang. Oleh Karena itu ayahnya telah membekali diri al-Razi dengan ilmu-ilmu perdagangan, namun ternyata al-Razi lebih memilih bidang intelektual daripada pedagang. Akan tetapi ayahnya tidak pernah menghalangi bakat al-Razi menjadi seorang intelektual. Hal ini juga dapat dijadikan bukti bahwa ayahnya sangat Arif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Lingkungan al-Razi atau tempat dia berdomisili yaitu Iran sebelumnya terkenal dengan sebutan Persia, sudah terkenal sebelumnya dengan sejarah peradaban manusia. Kota tersebut merupakan tempat pertemuan berbagai peradaban, terutama peradaban Yunani dan Persia. [ ]
Diantara buku Al-Razi :
1. Al-Asrar, bahasan bidang kimia yang pernah diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Greard Of Cremon.
2. Al-Hawi, Ensiklopedi kedokteran yang masih dipakai sampai abad ke-16 di Eropa, diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Continens.
3. Al-Mansuri Liber Al-Mansori, sepuluh jilid doktrin kedokteran.
4. Al-jidar Wa Al-Hasbah, analis penyakit campak dan cacar.
5. Al-Thibb Al-Ruhani, pemikiran komprehensif Filsafat.
6. Sirah Al-Falsafiyah, karangan soal sejarah filsafat.
7. Amarah Iqbal Al-Daulah
8. Kitab Al-Ladzdzah
9. Kitab Al-Ilmu Al-Ilahi
10. Maqolah Fi Ma Ba’dah
Filsafatnya terkenal dengan doktrin lima yang kekal: Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama, Ruang Absolut dan Zaman Absolut, dalam bahasa arab:
الْبَارِي تـَعَالى وَالنَّفْسُ الكُلّيّةُ وَالهَيُوْلاَ الأوْلى وَالمَكَانُ المُطْلَقُ وَالزَّمَانُ المُطْلَقُ
Mengenai yang terakhir ia membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas yaitu antara al-dhar (الدهر duration) dan al-waqt(الوقت time). Yang pertama kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir, dan yang kedua disifati oleh angka. Bagi benda (being) kelima hal ini ada :
a. Materi: merupakan apa yang ditangkap dengan panca indra tentang benda itu.
b. Ruang: karena materi mengambil tempat.
c. Zaman: karena materi berubah-ubah keadaannya.
d. Di antara benda-benda ada yang hidup dan oleh karena itu perlu ada roh. Dan di antara yang hidup ada pula yang berakal yang dapat mewujudkan ciptaan-ciptaan yang teratur.
e. Semua ini perlu pada pencipta yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
2)Ibnu rusyd
Nama lengkap nya adalah abu al-walid muhammad bin muhammad bin rusyd, dibarat dan di dalam literatur latin abad tengah akhir ia dikenal dengan nama averoes. Ia dilahirkan di cordova pada 520 H (1126) dari keluarga yang terkenal alim dalam ilmu fiqih di spanyol islam. Kakek dari ayah nya pernah menjadi kepala di pengadilan andalusia, disamping kedudukan nya sebagai seorang ahli hukum terkemuka dalam mazhab maliki, salah satu mazhab yang sangat dominan di wilayah maghribi dan andalusia.[ Hasyimsyah Nasution,.... hlm.110]Ia mempelajari ilmu fiqih adri ayah nya sehingga dalam usianya yang masih muda ibnu Rusyd telah hala kitab muwattha’ karangan imam malik. Disamping itu ia belajar ilmu kedokteran kepada Abu ja’far harun dan abu marwan bin jarbun al-balansi, sedangkan Logika, filsafat, dan teology ia peroleh dari ibnu thufail. Ia juga mempelajari sastra arab, matematika, fisika, dan astronomi (dikutib dari Qumairi,ibn thufail).[ Ibid.111]
karya ibnu rusyd :
a)Bidayah al-mujtahid wa nihayah al-muqtashid fil fiqh
b)Kitab al-Kuliyat fi al-thib
c)Tahafut at-tahafut yang merupakan sanggahan terhadap kitab Alghozali, tahafut al-falasifah
d)Al-kasyf’an manahij aladillah fi ‘aqoid millah
e)Fashl al-maqal fima bain al-hikmah wa alsyari’ah min al-ittishal.
f)Dhamimah li masalah alqodim.[ Ibid.112]
Filsafat ibnu rusyd
Masalah agama dan falsafah atau wahyu dan akal adalah bukan hal yang baru dalam pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam tentang hal ini tidak diterima begitu saja oleh sebagian sarjana dan ulama islam. Telah tersebut diatas tentang reaksi Al-Ghazali terhadap pemikiran mereka seraya menyatakan jenis-jenis kekeliruan yang diantaranya dapat digolongkan sebagai pemikiran sesat dan kufur.
Sebagai komentator Aristoteles tidak mengherankan jika pemikiran IbnuRusyd sangat dipengaruhi oleh filosof Yunani kuno. Ibnu Rusyd menghabiskan waktunya untuk membuat syarah atau komentar atas karya-karya Aristoteles, dan berusaha mengembalikan pemikiran Aristoteles dalam bentuk aslinya. Di Eropa latin, Ibnu Rusyd terkenal dengan nama Explainer (asy-Syarih) atau juru tafsir Aristoteles. Sebagai juru tafsir martabatnya tak lebih rendah dari Alexandre d’Aphrodise (filosof yang menafsirkan filsafat Aristoteles abad ke-2 Masehi).[ Ahmad Fuad al-Ahwani, Filsafat Islam, Cet. Kedelapan( Pustaka Firdausjakarta,1997), hlm. 108]sekalipun ibnu rusyd sangat terpengaruh dengan pikiran aristoteles, bakan berarti ia sangat memahami pikiranya. Karena ia tidak memahami bahasa yunani. Ibnu rusyd menggunakan terjemahan para ahli lalu membandingkan semua nya, sehingga menemukan terjemahan yang paling kuat. Ia juga mengkritik al-farabi, ibnu sina, Alghozali, ibnu bajjah, dan sebagai nya.[ Hasyimsyah Nasution..... 113]
Dalam kitabnya Fash al Maqal ini, ibn Rusyd berpandangan bahwa mempelajari filsafat bisa dihukumi wajib. Dengan dasar argumentasi bahwa filsafat tak ubahnya mempelajari hal-hal yang wujud yang lantas orang berusaha menarik pelajaran / hikmah / ’ibrah darinya, sebagai sarana pembuktian akan adanya Tuhan Sang Maha Pencipta. Semakin sempurna pengetahuan seseorang tentang maujud atau tentang ciptaan Tuhan , maka semakin sempurnalah ia bisa mendekati pengetahuan tentang adanya Tuhan.
3.Nasiruddin atthusi
Nama lengakap nya adalah abu ja’far muhammad bin muhammad alhasan nashir al-din al-tusi al-muhaqqiq. Lahir pada tanggal 18 februari 1201 M / 597 H di thus, sebuah kota di khurasan, tempat ia menerima pendidikan nya yang pertama dari muhammad bin hasan. Guru nya yang lain adalah mahdar farid al-din damad dalam bidang fiqih, ushul, hikmah dan ilmu kalam, muhammad hasib dalam bidang matematika di naishapur. Kemudian pergi ke bagdad untuk belajar pengobatan dan filsafat pada Quth ad-Din., dan matematika pa kamalal al-din ibnu yusnus, sedangkan fiqih dan ushul pada salim bin badran. Thusi dikenal sebagai seorang ahli matematika, astronomi, optik, geografi, farmakologi, filsafat dan mineralogi terkemuka setelah invansi mongol.[ Ibid.127]
1. Karyanya di bidang logika di antaranya :
a. Asas Al-Iqtibas.
b. At-Tajrid fi Al-Mantiq.
c. Syarh-i Mantiq Al-Isyarat.
2. Di bidang metafistik meliputi :
a. Risalah dar Ithbat I Wajib.
b. Itsat-I Jauhar Al-Mufariq
c. Risalah dar Wujud –I Jauhar-I
d. Mujarrad
e. Risalah dar Itsbat-I ‘aql-I Fa’al
3. Di bidang etika :
a. Akhlak-I Nashiri
b. Ausaf Al-Asyraf
4. Di bidang Teologi/dogma :
a. Tajrid Al’ Aqa’id
b. Qawa’id Al-‘aqa’id
c. Risalah-I I’tiqadat
5. Di bidang astronomi
Al-Thusi meluncurkan kritik-kritik penting terhadap teori Ptolemaeus tentang ilmu astronomi dalam bukunya “Al-Majsithi”yang menyebabkan berubahnya pandangan para ahli astonomi dan berusaha memperbaiki pendapat Ptolemaeus tentang alam dan diberi nama teori “Izdiwaj Ath-Thusi” yang dipergunakan oleh ahli astronomi setelahnya seperti ahli astronomi Belanda, Copernicus, dalam memperbaiki pendapat tentang peredaran sebagian planet.
Al-Thusi adalah orang yang pertama kali membuat teropong dalam bentuk yang benar , dan teropong ini dikenal dengan nama “Asha Ath-Thusi.” Dalam hal itu, Nashiruddin Al-Thusi menulis tesis penting yang selanjutnya diteruskan oleh salah seorang muridnya.
Al-Thusi membuat gedung astronomi terbesar dalam peradaban Islam dan diberi nama “ LaboratoriumMaraghah.”
Karya dalam bidang Astronomi diantaranya :
a. Al-Mutawassitah Bain Al-Handasa wal Hai’a
b. Kitab At-Tazkira fi al’Ilmal-hai’a
c. Tahzir Al-Majisti
6. Di bidang Aritmatika, geometri, dan trigonometri:
a. Al-Jabar wa Al-Muqabala
b. Al-Ushul Al-Maudua
c. Tahrir AL-Ushul.[ Ibid.129-131]
IDE POKOK (PEMIKIRAN FILSAFAT)
a. Tuhan
Thusi dalam karyanya Tashawwurat melakukan suatu upaya perujukan secara setengah hati antara Aristoteles dan Ibnu Miskawaih. Dia memulai dengan mengecam doktrin creatio ex nihilo. Thusi mengemukakan bahwa dunia ini kekal karena kekuasaan Tuhan yang menyempurnakannya, meskipun dalam hak dan kekuatannya sendiri, ia tercipta (muhadats).
b. Agama
Dalam pemikiran agama, Nashiruddin Al-Thusi mengadopsi ajaran-ajaran Neoplatonik Ibnu Sina dan Suhrawardi, dimana keduanya menyebutkan bahwa demi alasan-alasan taktis, “orang bijak” (hukuma) bukan sebagai filsuf. Nashiruddin Al-Thusi sendiri berpendapat bahwa eksistensi Tuhan tidak bisa dibuktikan, namun sebagaimana doktrin Syiah, manusia membutuhkan pengajaran yang otoritatif, sekaligus filsafat.
c. Filsafat Jiwa
Thusi berasumsi bahwa jiwa merupakan suatu realitas yang bisa terbukti sendiri dan karena itu tidak memerlukan lagi bukti lain. Jiwa merupakan substansi sederhana dan immaterial yang dapat merasa sendiri. Ia mengatur tubuh melalui otot-otot dan alat perasa, tetapi ia sendiri tidak dapat dirasa. Thusi menambahkan dua argumentasinya sendiri. Penilaian atas logika, fisika, matematika, teologi dan sebagainya, semua ada didalam satu jiwa tanpa tercampur baur.
d. Metafisika
Menurut Thusi metafisika terdiri dari dua bagian, ilmu ketuhanan, dan filsafat pertama. Pengetahuan tentang Tuhan, akal dan jiwa merupakan ilmu ketuhanan dan pengetahuan mengenai alam semesta dan hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta merupakan filsafat pertama. Pengetahuan tentang kelompok-kelompok ketunggalan dan kemajemukan, kepastian dan kemungkinan esensi dan eksistensi, kekekalan dan ketidak kekalan juga membentuk bagian dari filsafat pertama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tauhid adalah ilmu yang berlandaskan dalil naqli dari ayatullah, tauhid disebut juga ilmu kalam. Sedangkan filsafat adalah ilmu yang berlandaskan akal (rasio). perbedaan tauhid dan filsafat adalah tauhid menggunakan dalil naqli kemudian dibuktikan dengan penalaran filsafat. Sedangkan filsafat menggunakan pemikiran terlebih dahulu kemudian menguatkan temuan akal nya dengan dalil naqli.
Umat islam mulai mempelajari filsafat sejak terjadi nya perselisihan terhadap orang non muslim yang mendebat tentang masalah tauhid. Lalu umat islam menggunakan filsafat untuk mengalahkan argumen orang non muslim. Hal ini diawali oleh aliran mu’tazilah yang dianggap berjasa mengembangkan ilmu kalam.
Tokoh tokoh filsafat islam diantara nya adalah ar-rozi, ibnu rusyd, nashiruddin at-thusi dan lain lain. Mereka banyak berjasa dalam mengembangkan filsafat maupun sains dikalangan umat islam.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Abu Fateh, Penjelasan Lengkap Allah ada Tanpa Tempat Dan Tanpa arah dan tempat
2. H. Mahrus Ali, Mantan kyai NU menggugat tahlilan istighosah
3. Daniel Rusyad Hamdanny, Buku Kecil Tauhid,pDF
4.Hasyimsyah filsafat islam
5.Kritik nalar ibnu rusyd 2014
6.Dunia shopie , jostein gaarder